MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA
MANUSIA
(Markus 12: 28-34)
D |
i
sebuah lorong yang kecil, seorang anak kecil yang hidup sebatang kara sedang
meringis kelaparan. Ia berharap mengisi perutnya yang kosong namun ia tidak
memiliki apa-apa untuk dimakan. Ia juga tidak memiliki uang untuk membeli
makanan. Dalam keadaan lapar itu, seorang pemuda datang dari kejauhan dan
memberikan sebongkah roti kepadanya. Ketika menerima roti itu; anak
itu bertanya kepada pemuda itu, apakah engkau Yesus? Lalu pemuda itu menjawab,
bukan! Aku hanyalah seorang yang mencintainya. Dari cerita ini kita melihat
bahwa anak kelaparan itu mengetahui ciri dari Kristus yang mengasihi.
Nas
khotbah hari ini mengajarkan kepada kita bagaimana pengikut Kristus yang
sejati, yang melakukan perintah Allah, yaitu mengasihi Allah dan meneruskan
kasih itu kepada sesama manusia.
Saat
itu, Yesus mengkritik pemahaman ahli Taurat, orang Farisi dan Saduki yang mampu
menghafal begitu banyak hukum taurat namun tidak melakukannya di dalam
kehidupannya (Lih. Mat. 23:v1-36). Yesus menekankan bahwa yang pertama
dilakukan pengikut Kristus adalah dengan mengasihi Allah dengan total yakni
dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Hidup yang mencintai Allah
yang esa adalah respons kita atas cinta kasih Allah akan semua perbuatan Allah
untuk keselamatan manusia. Mengasihi Allah adalah ekspresi perasaan manusia
untuk selalu menyerahkan diri kepada Allah, melekat kepada Allah dan bersatu
dengan Allah dalam hubungan yang terpelihara denganNya melalui ibadah dan
kehidupan yang bersyukur. Di manapun dan apapun yang kita kerjakan hendaknya seturut
dengan kehendak Tuhan. Dan yang tidak kalah penting adalah bahwa bukti orang
yang mengasihi dan mencintai Allah adalah dengan mengasihi sesama seperti diri
kita sendiri. Yesus menginginkan setiap pengikut Kristus mengasihi sesama
dengan tulus hati karena kita telah terlebih dahulu dikasihi oleh Allah. Allah
yang terlebih dahulu berinisiatif untuk mengasihi manusia melalui kematian
Yesus di kayu salib. (Yoh. 3:16).
Dengan
demikian panggilan kita untuk mengasihi orang lain bukan untuk kesombongan diri
atau dipuji orang lain melainkan itu adalah kewajiban kita yang telah
diselamatkan oleh Allah. Kedua hukum ini sangat penting dari semua hukum lain
karena kedua hukum ini mendorong dan menuntut segala sesuatu yang ada di dalam
diri manusia untuk berelasi dengan Allah dan sesamanya dengan landasan kasih.
(1 Kor. 13:1). Oleh karena itu kita diajak untuk melakukan kedua kasih ini
supaya kita dapat memperoleh keharmonisan dan kedamaian hidup yakni mencintai
Tuhan dan memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia. Sehingga kita juga
akan menerima perkataan Yesus yakni “Engkau tidak jauh dari kerajaan Allah”.
Jadilah pelaku kasih dan kiranya semakin banyak orang yang merasakan kasih
Allah melalui hidup kita. Amin.
-MHO-
0 Komentar