MINGGU XXIII DUNG TRINITATIS, 03 NOVEMBER 2024

 

MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA

(Markus 12: 28-34)




 

D

i sebuah lorong yang kecil, seorang anak kecil yang hidup sebatang kara sedang meringis kelaparan. Ia berharap mengisi perutnya yang kosong namun ia tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. Ia juga tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Dalam keadaan lapar itu, seorang pemuda datang dari kejauhan dan memberikan sebongkah roti kepadanya. Ketika menerima roti itu; anak itu bertanya kepada pemuda itu, apakah engkau Yesus? Lalu pemuda itu menjawab, bukan! Aku hanyalah seorang yang mencintainya. Dari cerita ini kita melihat bahwa anak kelaparan itu mengetahui ciri dari Kristus yang mengasihi.

Nas khotbah hari ini mengajarkan kepada kita bagaimana pengikut Kristus yang sejati, yang melakukan perintah Allah, yaitu mengasihi Allah dan meneruskan kasih itu kepada sesama manusia.

Saat itu, Yesus mengkritik pemahaman ahli Taurat, orang Farisi dan Saduki yang mampu menghafal begitu banyak hukum taurat namun tidak melakukannya di dalam kehidupannya (Lih. Mat. 23:v1-36). Yesus menekankan bahwa yang pertama dilakukan pengikut Kristus adalah dengan mengasihi Allah dengan total yakni dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Hidup yang mencintai Allah yang esa adalah respons kita atas cinta kasih Allah akan semua perbuatan Allah untuk keselamatan manusia. Mengasihi Allah adalah ekspresi perasaan manusia untuk selalu menyerahkan diri kepada Allah, melekat kepada Allah dan bersatu dengan Allah dalam hubungan yang terpelihara denganNya melalui ibadah dan kehidupan yang bersyukur. Di manapun dan apapun yang kita kerjakan hendaknya seturut dengan kehendak Tuhan. Dan yang tidak kalah penting adalah bahwa bukti orang yang mengasihi dan mencintai Allah adalah dengan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Yesus menginginkan setiap pengikut Kristus mengasihi sesama dengan tulus hati karena kita telah terlebih dahulu dikasihi oleh Allah. Allah yang terlebih dahulu berinisiatif untuk mengasihi manusia melalui kematian Yesus di kayu salib. (Yoh. 3:16).

Dengan demikian panggilan kita untuk mengasihi orang lain bukan untuk kesombongan diri atau dipuji orang lain melainkan itu adalah kewajiban kita yang telah diselamatkan oleh Allah. Kedua hukum ini sangat penting dari semua hukum lain karena kedua hukum ini mendorong dan menuntut segala sesuatu yang ada di dalam diri manusia untuk berelasi dengan Allah dan sesamanya dengan landasan kasih. (1 Kor. 13:1). Oleh karena itu kita diajak untuk melakukan kedua kasih ini supaya kita dapat memperoleh keharmonisan dan kedamaian hidup yakni mencintai Tuhan dan memiliki hubungan yang baik dengan sesama manusia. Sehingga kita juga akan menerima perkataan Yesus yakni “Engkau tidak jauh dari kerajaan Allah”. Jadilah pelaku kasih dan kiranya semakin banyak orang yang merasakan kasih Allah melalui hidup kita. Amin. -MHO-


Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement