MEMBUANG KEBODOHAN
DAN
MENGIKUTI JALAN
PENGERTIAN
Amsal 9: 1-6
Kepribadian adalah
keseluruhan cara seseorang dalam bereaksi dan berinteraksi dengan individu
lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Apakah dia pemalu? Apakah
supel? Apakah plin-plan, pengecut? Atau tidak
punya kepribadian?
Kebodohan tentulah
bagian dari kepribadian yang tidak sehat. Ciri-cirinya mudah marah
(tersinggung), menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan, sering merasa tertekan
(stress atau depresi), bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang
usianya lebih muda atau terhadap Binatang, ketidakmampuan untuk menghindar dari
perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum, kebiasaan
berbohong, hiperaktif, bersikap memusuhi semua bentuk otoritas, senang
mengkritik/mencemooh orang lain, sulit tidur, kurang memiliki rasa tanggung
jawab, sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang
bersifat organis), kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama, pesimis
dalam menghadapi kehidupan. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani
kehidupan.
Amsal 9:1-6 tentang
“Undangan Hikmat dan Undangan Kebodohan,” mendeskripsikan
tentang hikmat. Hikmat digambarkan sebagai sosok yang sedang mempersiapkan
sebuah jamuan. Dalam jamuan itu, ia mengundang orang yang tidak berpengalaman
dan tidak berakal. Undangan itu merupakan ajakan untuk meninggalkan kebodohan
dan mengikuti jalan pengertian; menjadi orang yang berhikmat!
Dalam Perjanjian
Baru ditemui pada pengajaran Yesus (terutama Khotbah di
Bukit) dan dalam kitab Yakobus. "Jika di antara kamu ada yang
kekurangan hikmat," kata Yakobus, "mintalah kepada Allah, yang
memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tanpa mengeluh, dan itu
akan diberikan kepadamu" (Yak. 1:5). Yakobus mengambil gagasan kitab Amsal
bahwa Allah adalah sumber hikmat (Lih. Amsl 2:6) dan
gagasan dari bagian kita bahwa hikmat tersedia bagi semua orang. Kita
juga membaca pepatah penting, "Takut akan
Tuhan adalah permulaan hikmat, dan mengenal Yang Mahakudus adalah
pengertian" (Amsl. 9:10).
Hiduplah
dalam jalan pengertian" adalah sebuah nasihat untuk mengikuti Allah. Paulus
menyatakan bahwa Kristus adalah “kekuatan Allah dan hikmat Allah” (1 Kor.
1:24). Karena Kristus dengan demikian mengambil peran hikmat dalam Amsal. Undangan
untuk makan dari pesta hikmat oleh pengamsal dapat dipahami
sebagai salah satu aspek undangan Yesus untuk mengikutiNya dan berpesta di
kerajaan Allah. (lih. Luk.13:29; 14:15-24;
22:29-30; Mat.22:1-14).
Hikmat menuntun
seseorang untuk hidup dengan bertanggung jawab. Berhikmat berarti bersedia
mempertimbangkan, memilih, dan memutuskan segala sesuatu dengan matang.
Tentunya dengan melibatkan Tuhan dalam setiap prosesnya. Berhikmatlah
di dalam mengambil setiap keputusan. Ambillah waktu yang cukup untuk
memperhitungkan segala hal. Tak perlu tergesa-gesa. Datanglah pertama-tama pada
Tuhan Sang Sumber Hikmat, bersedialah dipimpin olehNya. Sehingga, pilihan yang
kita ambil akan menjadi berkat. Amin. -NS-
0 Komentar