MINGGU XII DUNG TRINITATIS, 18 AGUSTUS 2024

 

MEMBUANG KEBODOHAN

DAN

MENGIKUTI JALAN PENGERTIAN

Amsal 9: 1-6




 

Kepribadian adalah keseluruhan cara seseorang dalam bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Apakah dia pemalu? Apakah supel? Apakah plin-plan, pengecut? Atau tidak punya kepribadian?

Kebodohan tentulah bagian dari kepribadian yang tidak sehat. Ciri-cirinya mudah marah (tersinggung), menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan, sering merasa tertekan (stress atau depresi), bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap Binatang, ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum, kebiasaan berbohong, hiperaktif, bersikap memusuhi semua bentuk otoritas, senang mengkritik/mencemooh orang lain, sulit tidur, kurang memiliki rasa tanggung jawab, sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis), kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama, pesimis dalam menghadapi kehidupan. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.

Amsal 9:1-6 tentang “Undangan Hikmat dan Undangan Kebodohan,” mendeskripsikan tentang hikmat. Hikmat digambarkan sebagai sosok yang sedang mempersiapkan sebuah jamuan. Dalam jamuan itu, ia mengundang orang yang tidak berpengalaman dan tidak berakal. Undangan itu merupakan ajakan untuk meninggalkan kebodohan dan mengikuti jalan pengertian; menjadi orang yang berhikmat!

Dalam Perjanjian Baru ditemui pada pengajaran Yesus (terutama Khotbah di Bukit) dan dalam kitab Yakobus. "Jika di antara kamu ada yang kekurangan hikmat," kata Yakobus, "mintalah kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tanpa mengeluh, dan itu akan diberikan kepadamu" (Yak. 1:5). Yakobus mengambil gagasan kitab Amsal bahwa Allah adalah sumber hikmat (Lih. Amsl 2:6) dan gagasan dari bagian kita bahwa hikmat tersedia bagi semua orang. Kita juga membaca pepatah penting, "Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian" (Amsl. 9:10).

Hiduplah dalam jalan pengertian" adalah sebuah nasihat untuk mengikuti Allah. Paulus menyatakan bahwa Kristus adalah “kekuatan Allah dan hikmat Allah” (1 Kor. 1:24). Karena Kristus dengan demikian mengambil peran hikmat dalam Amsal. Undangan untuk makan dari pesta hikmat oleh pengamsal dapat dipahami sebagai salah satu aspek undangan Yesus untuk mengikutiNya dan berpesta di kerajaan Allah. (lih. Luk.13:29; 14:15-24; 22:29-30; Mat.22:1-14).

Hikmat menuntun seseorang untuk hidup dengan bertanggung jawab. Berhikmat berarti bersedia mempertimbangkan, memilih, dan memutuskan segala sesuatu dengan matang. Tentunya dengan melibatkan Tuhan dalam setiap prosesnya. Berhikmatlah di dalam mengambil setiap keputusan. Ambillah waktu yang cukup untuk memperhitungkan segala hal. Tak perlu tergesa-gesa. Datanglah pertama-tama pada Tuhan Sang Sumber Hikmat, bersedialah dipimpin olehNya. Sehingga, pilihan yang kita ambil akan menjadi berkat. Amin. -NS-

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement