MEMBUANG KEBODOHAN DAN MENGIKUTI
JALAN PENGERTIAN
Amsal 9: 1-6
Sebuah undangan yang dipersonifikasi
dengan gambaran kebijaksanaan seorang perempuan yang telah membangun rumahnya, dengan
menyiapkan makanan yang memberi kehidupan, dan mengundang semua orang untuk
ikut menikmati. Pemersonifikasian ini kita temui dalam Amsal 1:20-33; 3:13-18
dan 4:1-13. Berjenis kelamin feminin dari kata Ibrani untuk hikmat, hokmah.
Salomo menggambarkan dua perempuan yang sangat berbeda dengan dua niat yang
sangat berbeda dengan dua hasil yang sangat berbeda.
Pertama, Hikmat dipersonifikasikan
sebagai seorang perempuan jalang dan licin (7:5), "perempuan yang
bebal" (9:13), Kedua, sebagai Perempuan baik, hikmat baik (8:1 dst). Keduanya
mengundang orang-orang ke rumahnya untuk makan, dengan menggunakan undangan
yang sama (ay.4,16). Salomo mengajari putranya untuk menghindari wanita yang
salah dengan memilih hikmat. Perempuan berhikmat baik membangun rumahnya
sendiri, dengan "tujuh pilar." Pilar-pilar yang berukuran besar dan
berkualitas. Untuk perjamuan itu telah disembelih banyak hewan dan meja dipersiapkan
(Amsal 9:2). Mengutus utusannya untuk menyampaikan undangan di mana semua orang
dapat mendengarnya (ay.3).
Ikut dalam pesta tersebut menuntun
kepada kehidupan (Amsal 9:6). Yesus Kristus mengambil peran hikmat dalam Amsal.
Dalam beberapa kesempatan, Yesus menggambarkan kehidupan di kerajaan Allah
sebagai pesta besar (misalnya, Lukas 13:29; 14:15-24; 22:29-30; Matius
22:1-14). Oleh karena itu, undangan untuk makan pada pesta hikmat di rumahNya
dapat dipahami sebagai salah satu aspek undangan Yesus untuk mengikutiNya dan
berpesta di kerajaan Allah. Dalam hal ini kita memikirkan Perjamuan Kudus dalam
referensinya tentang roti dan anggur dalam ayat 5, dan orang berhikmat turut
ambil bagian dalam perjamuan tersebut.
Hikmat tidak membutuhkan kita
tetapi kita pasti membutuhkan hikmat. Hikmat menawarkan banyak manfaat tanpa
beban apa pun. Ia tidak mengenakan pajak apa pun karena ia tidak membutuhkan
apa pun. Ia tidak meminta biaya apa pun karena ia tidak
membutuhkan apa pun. Satu-satunya hal yang harus kita lakukan untuk datang berpesta
di mejanya, meninggalkannya adalah bodoh. Mari membuang kebodohan dan mengikuti jalan pengertian.
J |
ika
kita menginginkan manfaat hikmat, kita harus menjauhi yang bodoh. Jika kita
ingin makan dari rotinya, kita harus berhenti mendengarkan guru-guru yang
bodoh. Jika kita ingin minum anggurnya, kita harus berhenti menonton
video-video bodoh. Jika kita ingin duduk di mejanya, kita harus berhenti
membaca buku-buku bodoh. Jika kita ingin mengalami pencerahannya, kita harus
mengakhiri hubungan-hubungan yang bodoh. Jika kita akan “meninggalkan yang
bodoh,” Di dalam Tuhan Yesus Kristus, Ia menjanjikan kita kehidupan sejati.
Amin. -NS-
0 Komentar