MINGGU XII DUNG TRINITATIS, 18 AGUSTUS 2024

 

MEMBUANG KEBODOHAN DAN MENGIKUTI JALAN PENGERTIAN

Amsal 9: 1-6




 

Sebuah undangan yang dipersonifikasi dengan gambaran kebijaksanaan seorang perempuan yang telah membangun rumahnya, dengan menyiapkan makanan yang memberi kehidupan, dan mengundang semua orang untuk ikut menikmati. Pemersonifikasian ini kita temui dalam Amsal 1:20-33; 3:13-18 dan 4:1-13. Berjenis kelamin feminin dari kata Ibrani untuk hikmat, hokmah. Salomo menggambarkan dua perempuan yang sangat berbeda dengan dua niat yang sangat berbeda dengan dua hasil yang sangat berbeda.

Pertama, Hikmat dipersonifikasikan sebagai seorang perempuan jalang dan licin (7:5), "perempuan yang bebal" (9:13), Kedua, sebagai Perempuan baik, hikmat baik (8:1 dst). Keduanya mengundang orang-orang ke rumahnya untuk makan, dengan menggunakan undangan yang sama (ay.4,16). Salomo mengajari putranya untuk menghindari wanita yang salah dengan memilih hikmat. Perempuan berhikmat baik membangun rumahnya sendiri, dengan "tujuh pilar." Pilar-pilar yang berukuran besar dan berkualitas. Untuk perjamuan itu telah disembelih banyak hewan dan meja dipersiapkan (Amsal 9:2). Mengutus utusannya untuk menyampaikan undangan di mana semua orang dapat mendengarnya (ay.3).

Ikut dalam pesta tersebut menuntun kepada kehidupan (Amsal 9:6). Yesus Kristus mengambil peran hikmat dalam Amsal. Dalam beberapa kesempatan, Yesus menggambarkan kehidupan di kerajaan Allah sebagai pesta besar (misalnya, Lukas 13:29; 14:15-24; 22:29-30; Matius 22:1-14). Oleh karena itu, undangan untuk makan pada pesta hikmat di rumahNya dapat dipahami sebagai salah satu aspek undangan Yesus untuk mengikutiNya dan berpesta di kerajaan Allah. Dalam hal ini kita memikirkan Perjamuan Kudus dalam referensinya tentang roti dan anggur dalam ayat 5, dan orang berhikmat turut ambil bagian dalam perjamuan tersebut.

Hikmat tidak membutuhkan kita tetapi kita pasti membutuhkan hikmat. Hikmat menawarkan banyak manfaat tanpa beban apa pun. Ia tidak mengenakan pajak apa pun karena ia tidak membutuhkan apa pun. Ia tidak meminta biaya apa pun karena ia tidak membutuhkan apa pun. Satu-satunya hal yang harus kita lakukan untuk datang berpesta di mejanya, meninggalkannya adalah bodoh. Mari membuang kebodohan dan mengikuti jalan pengertian.

J

ika kita menginginkan manfaat hikmat, kita harus menjauhi yang bodoh. Jika kita ingin makan dari rotinya, kita harus berhenti mendengarkan guru-guru yang bodoh. Jika kita ingin minum anggurnya, kita harus berhenti menonton video-video bodoh. Jika kita ingin duduk di mejanya, kita harus berhenti membaca buku-buku bodoh. Jika kita ingin mengalami pencerahannya, kita harus mengakhiri hubungan-hubungan yang bodoh. Jika kita akan “meninggalkan yang bodoh,” Di dalam Tuhan Yesus Kristus, Ia menjanjikan kita kehidupan sejati. Amin. -NS-

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement