HIDUP BARU DALAM KASIH KRISTUS
Efesus 4: 25-32
Ada orang yang
memiliki pemahaman yang salah tentang hidup baru. Menganggap bahwa hidup yang
baru adalah kelahiran kembali seseorang dari rahim ibunya (lih. Yoh. 3:4). Yesus
sudah menjelaskan bahwa hidup baru sebuah kehidupan di dalam Kristus di mana
orang yang dulunya berdosa, bertobat kepada Tuhan, hidup melakukan yang
berkenan kepada Tuhan. (Yoh. 3:16). Hal inilah jugalah yang diajarkan oleh
Paulus kepada jemaat di Efesus perikop ini.
Paulus mengajak
jemaat di Efesus untuk dapat menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia
baru. Pada masa itu, pemerintahan bangsa romawi, ada tiga kota besar dengan
penyembahan berhala yang kuat, yaitu Alexandria (Mesir), Kaisaera dan
Efesus. Efesus adalah sebuah kota perdagangan, di mana ada sebuah ritual yang
dipercayai bahwa sebagai syarat penglaris maka para pedagang harus pergi ke
kuil dan “tidur” dengan pelacur bakti yang sudah disediakan. Singkatnya saat
itu kota Efesus salah satu kota besar pusat penyembahan dewa-dewi Yunani. Di
sama mereka menjual souvenir bebentuk dewa-dewi sesembahan mereka.
Nasehat yang berisi anjuran, petunjuk, peringatan, teguran, kepada umat
percaya di kota Efesus merupakan bagian inti isi surat Rasul Paulus ini. Paulus
mengatakan kepada jemaat di Efesus agar masing-masing menjaga kekudusan dirinya
untuk tidak terpengaruh kekafiran. (Ef.3:16-17). Karena setiap orang percaya
telah ditebus dengan kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Tuhan Yesus telah menyelamatkan
dengan orang percaya harus hidup sesuai dengan kehendak Allah. Jemaat diajak betul-betul
keluar dari kegelapan menuju terang Kristus Yesus yang adalah kepala Gereja. Meninggalkan
manusia lama yang bobrok dan rusak. Paulus berkata “Kamu dahulu sudah mati
karena pelanggara-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Kita hidup secara fisik,
tapi mati secara roh dan iman (Ef. 2:1). Tuhan menginginkan kita untuk menjadi
manusia baru yang hidup di dalam Kristus Yesus. Membuang dusta dan mengatakan
yang benar, menggunakan kata-kata yang baik, membangun Persekutuan di dalam
Tuhan. (Ay.25). Bukan memelihara kemarahan dan dendam, tetapi menyelesaikan
konflik dan masalah dengan cara damai. (Ay.26). Bukan mencuri, tapi murah hati.
Bukan pendendam tapi pengampun. Manusia baru mampu mengendalikan hawa
nafsu (Ay.28-29).
Manusia baru yang hidupnya penuh dengan pimpinan Roh Kudus (Ay.30), aktivitas
hidupnya “ramah terhadap seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan
saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Ayat
32). Menjadi berkat bagi banyak orang.
Ketika orang bertobat dan mengerti bahwa penyembahan berhala itu tidak
berkenan di hadapan Allah, maka industri prostitusi/pelacuran bakti berikut
souvenir yang diperdagangkan mulai ditinggalkan. Pertobatan ini merugikan
industri ini. Kegelisahan para pengusahanya diwujudkan dengan menyebutkan bahwa
rasul Paulus adalah musuh pemerintahan – sedang merencanakan
pemberontakan. Inilah latar
belakang penulisan kitab Efesus yang mengupas manusia lama dan manusia baru.
M |
0 Komentar