MENGASIHI MUSUH
Matius 5: 38-48
“Hukum Pembalasan” mengajarkan
mata ganti mata dan gigi ganti gigi adalah rangkuman dati kitab Keluaran 21:24;
Imamat 24:20; Ulangan 19:21, tentang prinsip keadilan yang sebanding. Prinsip
ini juga disebut dengan lex talionis, yang sebenarnya diterapkan
untuk mengurangi atau mencegah aksi balas dendam pribadi yang sering kali tidak
sebanding dengan kejahatan yang sudah dilakukan. Kedua organ tubuh yang
disebutkan, terutama mata, adalah organ yang sensitif. Sehingga kita bisa
membayangkan kalau sampai hilang atau rusak, maka akan sangat terasa
kerugiannya. Hal itu tentu mendorong orang untuk membalas jauh lebih daripada luka
yang dia rasakan. Maka, prinsip lex talionis diberikan untuk
menyamaratakan hukuman, agar sesuai dengan kejahatan yang dilakukan. Dengan kata lain, menurut
ajaran ini, keadilan adalah saat hukuman sesuai dengan pelanggaran. Prinsip lex
talionis mengajarkan satu kebenaran penting lain, yaitu, semua manusia
memiliki nilai intrinsik yang sama. Nilai hidup orang yang satu tidak lebih
tinggi atau lebih rendah daripada hidup orang lain. Orang yang bersalah, tidak
perduli status mereka, perlu dihukum. Orang yang menjadi korban, tidak perduli
situasi mereka, perlu mendapat semacam kompensasi. Sering salah dipahami, menjadi
anjuran pembalasan pribadi. Pengadilanlah yang harus memastikan hukuman yang
dijatuhkan sepadan dengan kejahatan yang dilakukan seseorang.
Pada jaman Yesus, pada
umumnya kompensasi ini berupa uang (atau hal setimpal yang bersifat finansial).
Jadi para pendengar Matius zaman itu mengerti bahwa “mata ganti mata” bukanlah
sesuatu yang hurufiah. Pada prinsipnya, seseorang harus mendapat perlakuan
setimpal dengan pelanggaran yang dia sudah lakukan. Berikut Yesus menyerukan,
untuk tidak melawan atau membalas di tingkat pribadi secara di luar hukum. Artinya
orang yang percaya kepada Kristus tidak boleh meniru kebobrokan pelaku
kejahatan kepada dirinya dengan membalas kejahatan dengan kejahatan. Karena balas
dendam akan melahirkan kejahatan baru.
Apa yang harusnya kita
lakukan saat orang lain mencelakai kita? Seorang pelaku kejahatan berat pergi
mendatangi seorang pendeta kulit hitam setempat yang pernah berselisih paham
dengannya dengan maksud untuk bertobat. Sang pendeta dan gerejanya pun
menyediakan rumah serta kebutuhan keluarganya sehari-hari untuk beberapa waktu
lamanya. Ketika si penjahat bertobat bertanya mengapa ia bersedia menolong,
Pendeta tersebut menjelaskan, “Yesus Kristus juga melakukan banyak hal yang
sangat tidak populer. Bila tiba saatnya menolong, kita harus taat melakukan apa
yang Allah ingin kita lakukan. Di kemudian hari, si penjahat yang bertobat
tersebut pembicara di gereja tersebut dan meminta maaf kepada komunitas kulit
hitam untuk andilnya dalam menyebarkan kebencian di daerah itu. Yesus mengajarkan sejumlah ide yang tidak
populer. Ajaran-Nya sangat radikal. “Berilah kepada orang yang meminta kepadamu. Kasihilah musuhmu dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.“ (Mat. 5:42,44). Pemikiran yang
melawan arus seperti itulah yang Allah ingin kita ikuti. Walaupun tampak
seperti kelemahan, sikap itu justru menunjukkan kekuatan dari Allah. Yesus
Kristus Tuhan dan Guru kita, akan menganugerahkan kekuatan bagi kita untuk
menjalani cara hidup yang melawan arus dalam apa pun yang dikehendaki-Nya.
Amin. -NS-
0 Komentar