MINGGU SEXAGESIMA, 23 FEBRUARI 2025

 

MENGASIHI MUSUH

Matius 5: 38-48




 

“Hukum Pembalasan” mengajarkan mata ganti mata dan gigi ganti gigi adalah rangkuman dati kitab Keluaran 21:24; Imamat 24:20; Ulangan 19:21, tentang prinsip keadilan yang sebanding. Prinsip ini juga disebut dengan lex talionis, yang sebenarnya diterapkan untuk mengurangi atau mencegah aksi balas dendam pribadi yang sering kali tidak sebanding dengan kejahatan yang sudah dilakukan. Kedua organ tubuh yang disebutkan, terutama mata, adalah organ yang sensitif. Sehingga kita bisa membayangkan kalau sampai hilang atau rusak, maka akan sangat terasa kerugiannya. Hal itu tentu mendorong orang untuk membalas jauh lebih daripada luka yang dia rasakan. Maka, prinsip lex talionis diberikan untuk menyamaratakan hukuman, agar sesuai dengan kejahatan yang dilakukan. Dengan kata lain, menurut ajaran ini, keadilan adalah saat hukuman sesuai dengan pelanggaran. Prinsip lex talionis mengajarkan satu kebenaran penting lain, yaitu, semua manusia memiliki nilai intrinsik yang sama. Nilai hidup orang yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah daripada hidup orang lain. Orang yang bersalah, tidak perduli status mereka, perlu dihukum. Orang yang menjadi korban, tidak perduli situasi mereka, perlu mendapat semacam kompensasi. Sering salah dipahami, menjadi anjuran pembalasan pribadi. Pengadilanlah yang harus memastikan hukuman yang dijatuhkan sepadan dengan kejahatan yang dilakukan seseorang.

Pada jaman Yesus, pada umumnya kompensasi ini berupa uang (atau hal setimpal yang bersifat finansial). Jadi para pendengar Matius zaman itu mengerti bahwa “mata ganti mata” bukanlah sesuatu yang hurufiah. Pada prinsipnya, seseorang harus mendapat perlakuan setimpal dengan pelanggaran yang dia sudah lakukan. Berikut Yesus menyerukan, untuk tidak melawan atau membalas di tingkat pribadi secara di luar hukum. Artinya orang yang percaya kepada Kristus tidak boleh meniru kebobrokan pelaku kejahatan kepada dirinya dengan membalas kejahatan dengan kejahatan. Karena balas dendam akan melahirkan kejahatan baru.

Apa yang harusnya kita lakukan saat orang lain mencelakai kita? Seorang pelaku kejahatan berat pergi mendatangi seorang pendeta kulit hitam setempat yang pernah berselisih paham dengannya dengan maksud untuk bertobat. Sang pendeta dan gerejanya pun menyediakan rumah serta kebutuhan keluarganya sehari-hari untuk beberapa waktu lamanya. Ketika si penjahat bertobat bertanya mengapa ia bersedia menolong, Pendeta tersebut menjelaskan, “Yesus Kristus juga melakukan banyak hal yang sangat tidak populer. Bila tiba saatnya menolong, kita harus taat melakukan apa yang Allah ingin kita lakukan. Di kemudian hari, si penjahat yang bertobat tersebut pembicara di gereja tersebut dan meminta maaf kepada komunitas kulit hitam untuk andilnya dalam menyebarkan kebencian di daerah itu. Yesus mengajarkan sejumlah ide yang tidak populer. Ajaran-Nya sangat radikal. “Berilah kepada orang yang meminta kepadamu. Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.“ (Mat. 5:42,44). Pemikiran yang melawan arus seperti itulah yang Allah ingin kita ikuti. Walaupun tampak seperti kelemahan, sikap itu justru menunjukkan kekuatan dari Allah. Yesus Kristus Tuhan dan Guru kita, akan menganugerahkan kekuatan bagi kita untuk menjalani cara hidup yang melawan arus dalam apa pun yang dikehendaki-Nya. Amin. -NS-

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement