KUDUS, KUDUS, KUDUSLAH TUHAN
Jesaya 6: 1-8
Uzia raja Yehuda, yang masih berumur enam belas tahun dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya, Amazia. Pada awalnua ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Namun, setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah dan tidak setia kepada TUHAN, Allahnya, dan ia pun segera mati karenanya. (lihat II Kronika 26).
Setelah kematian Raja Uzia membuat keadaan Yehuda tidak kondusif. Umat melakukan ritual penyembahan berhala. Perilaku mereka pun sangat menyimpang dan menjauh dari persekutuan dengan Tuhan. Dalam keadaan Yehuda sedemikian, Tuhan tidak tinggal diam.
Setelah rentetan berita penghukuman, Tuhan tetap memperhatikan umatNya. Ia memberi mereka pengharapan dengan mengutus seorang nabi yaitu Yesaya artinya TUHAN adalah keselamatan. Nabi Yesaya menjadi juru bicara Tuhan dalam menyampaikan pesanNya kepada umat Israel. Ketika Tuhan hendak mengutus nabi Yesaya, Tuhan terlebih dahulu mempersiapkannya agar layak menjadi alat bagi kemuliaan-Nya.
Pertama, banyak cara untuk memanggil seseorang untuk menjadi pegawai/karyawan resmi sebuah perusahaan atau juga di pemerintahan. Misalnya, melalui iklan penerimaan pegawai baru, brosur yang dibagikan, atau juga melalui informasi dari teman. Diterima atau tidak bisa dalam bentuk panggilan langsung, panggilan via telepon, melalui papan pengumuman atau juga via surat. Yesaya mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Ini perjumpaan supranatural yang tidak biasa, “... aku melihat Tuhan ...” (ay.1). Ia berjumpa dengan Pribadi yang mahadahsyat. Perjumpaannya adalah panggilanya sekaligus meneguhkan pengutusannya. Kedua, Yesaya mengalami proses pengudusan. Perjumpaan dengan Tuhan ini membuat Yesaya menyadari dirinya dan bangsanya yang berdosa. Namun, Tuhan menguduskannya agar layak menjadi hambaNya, “... kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni” (ay.7). Ketiga, Yesaya menyambut panggilan sebagai utusan. Ia memberi diri menjadi alat Tuhan dan siap menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.
Katanya, “Ini aku, utuslah aku!” (ay.8). Keempat, Yesaya mendapat tuntunan untuk melaksanakan tugas. Sebagai utusan, Yesaya tidak boleh memiliki rencana pribadi. Apa yang dikerjakannya semata-mata hanya kehendak dari yang mengutusnya, yaitu Tuhan. “Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini ...” (ay.9). Ini adalah bentuk penegasan bahwa Yesaya harus bertindak sesuai arahan Tuhan.
Menjadi utusan Tuhan merupakan berkat bagi kita. Pengalaman-pengalaman rohani bersama dengan Tuhan akan menolong kita untuk setia menjaga panggilan dan kepekaan melakukan kehendak Tuhan. Dengan mengalami berbagai pengalaman rohani, kita akan dimampukan untuk terus mengikuti dan melakukan kehendak Tuhan. Amin. -NS-
0 Komentar