Minggu XXI Setelah Trinitatis

 KEBERANIAN MEMBERITAKAN INJIL
KARENA PERTOLONGAN ALLAH
1 Tesalonika 2: 1-8

 

Paulus menunjukkan kepada kita bagaimana memberitakan Injil Kristus. Ada dua sudut pandang, Pertama: Harus dengan berani menyampaikan Injil Kristus, berapa pun biayanya. Dalam memberitakan Injil, seorang pemberita harus menjaga pesannya tetap murni. Dibutuhkan keberanian untuk mewartakan Injil Kristus. Keberanian memberitakan injil tentulah karena pertolongan Allah.

Paulus, Silwanus, dan Timotius datang ke Tesalonika setelah “menerima aniaya” di Filipi. Paulus menyebutkan banyak penderitaan yang ia alami demi Injil Kristus (2 Korintus 11: 16b-27). Paulus pun membela dirinya dan timnya, atas beberapa tuduhan tidak benar kepada dirinya:

  1. Mereka menuduh bahwa nasihat Paulus dan nasihat rekannya, Silvanus dan Timotius adalah salah, tidak bersih atau menipu (2:3).
  2. Tuduhan kedua adalah bahwa mereka telah menyesuaikan khotbah mereka untuk menyenangkan pendengarnya dan bukan menyenangkan Tuhan (ay.4) dan untuk mendapat sanjungan (ay.5a).
  3. Tuduhan ketiga adalah motif pemberitaan mereka adalah keserakahan (ay.5b).
  4. Tuduhan keempat adalah bahwa mereka mencari kemuliaan pribadi (ay.6).

Adapun pembelaan Paulus mengingatkan umat Kristen di Tesalonika bahwa:

  1. Mereka “menerima firman itu dalam penderitaan yang berat, namun bersukacita oleh kepastian Roh Kudus” (1: 6).
  2. Dengan demikian mereka telah menjadi “teladan bagi semua orang yang percaya di Makedonia dan Akhaya… di mana orang percaya tersebar” (1: 7-8).
  3. Paulus dan rekan-rekannya menerima laporan bahwa orang-orang Kristen di Tesalonika ini “berpaling dari berhala kepada Allah, untuk beribadah kepada Allah yang hidup dan benar, dan menantikan Putra-Nya dari surga” (1: 9-10).

Dalam khotbah ini, Paulus menyimpulkan bahwa “kunjungan kami kepadamu tidak sia-sia” (2: 1) dan bahwa, meskipun dianiaya karena memberitakan Kabar Baik di Filipi, dia dan teman-temannya telah berkhotbah dengan berani di Tesalonika (2: 2).

Demikian khotbah yang setia, sering kali menimbulkan pertentangan, karena jalan Allah bertentangan dengan jalan dunia. Khotbah yang setia sering kali bertentangan dengan kepentingan uang, kuasa dan jabatan. Ketika orang-orang kaya, orang jahat dan berkuasa yakin bahwa kepentingan mereka terusik dan terancam, mereka mengerahkan sumber daya mereka untuk melawan ancaman tersebut.

Dalam keadaan demikian, Allah telah mempercayakan Kabar Baik kepada mereka-mereka yang bukan agar mereka menguburkannya dan menyembunyikannya, namun agar mereka dapat mewartakannya dengan berani. Paulus berani memberitakan kabar kebenaran dan melakukan tugas dari Allah bukanlah semata-mata agar dirinya mendapat pujian, namun untuk menyukakan Allah.

Inilah teladan bagi kita, memberitakan Injil Kristus bukanlah pilihan bagi kita, namun keharusan dan tanggungjawab sebagai anak-anak Tuhan. Untuk itu, jika kita sudah melakukannya dengan baik bagi Tuhan, biarlah Nama Tuhan yang dimuliakan melalui kita, bukan supaya kita yang dipuja, sekalipun kita dapat melakukannya. Untuk itu, marilah kita uji pekerjaan dan kelakuan kita sehari-hari, apakah benar-benar sudah menyukakan hati Allah atau masih banyak yang harus kita perbaiki. Galatia 6: 4 mengatakan, “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.” Amin. Selamat hari Minggu! -NS-

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement