Minggu XVIII Setelah Trinitatis

  

TUHAN MENGHENDAKI KEADILAN DAN KEBENARAN
Yesaya 5: 1-7

 

Pernahkah Anda tertipu ketika membeli buah? Kemarin saya membeli jeruk 1 Kg hasilnya membuat kesal, karena jeruk itu rasanya sangat asam dan kecut sehingga tidak layak dimakan. Dari penampakan kasat mata jeruk itu semuanya terlihat berkulit yang mulus tanpa cacat. Begitu pula ketika saya membuka kulit luarnya dan melihat dagingnya. Kalau cuma satu dua buah mungkin tidak apa-apa, tapi bagaimana jika sebagian besar, atau bahkan seluruhnya tidak bisa dimakan?

Nas Firman Tuhan hari ini berbicara tentang anggur yang asam. Dalam banyak ayat-ayat di Alkitab, pokok anggur kerap menggambarkan sesuatu yang baik. Tetapi ayat bacaan hari ini justru menggambarkan sisi sebaliknya. Dalam Yesaya 5: 1-7 yang berjudul nyanyian tentang kebun anggur. Dikisahkan tentang seorang pemilik kebun dengan rajin mengurus kebun anggurnya dan berharap usahanya akan menghasilkan pohon berbuah lebat dengan kualitas tinggi. Namun apa yang dihasilkan kebun anggurnya tersebut? "...tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." Betapa ironisnya, ketika "Sang Pemilik Kebun" begitu setia dan rajin memelihara "kebun"-Nya dengan penuh kasih dan perhatian, tapi ternyata bukan buah yang baik yang dihasilkan pohon-pohon tersebut, melainkan buah yang asam. Maka bisa dimaklumi jika "Pemilik kebun" pun kecewa. "Apakah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay.4). Tidakkah kita akan merasakan hal yang sama apabila anda sudah berusaha merawat dan memupuk sebuah pohon namun hasilnya justru buruk? Sia-sia semua usaha yang kita lakukan. Bagian ini menggambarkan kiasan mengenai Tuhan si pemilik kebun, dan anak-anak-Nya yang digambarkan sebagai pohon-pohon anggur. Secara lebih spesifik, ayat-ayat ini berbicara tentang pertobatan yang menghasilkan buah. Tuhan mengharapkan seharusnya kita menjadi sebuah ciptaan baru yang terus tumbuh dan berbuah subur, lebat dengan kualitas yang baik. Namun dalam perjalanannya, ada banyak dari kita yang terus melakukan dosa atau kebiasaan lama yang buruk, Seperti itulah buah-buah anggur asam itu. Apa yang kemudian terjadi? "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay.5-6).  Konsekuensinya "ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Kemarahan Allah ini tentu saja sangat wajar. Bagaimana tidak, Dia sudah memberi segala yang terbaik untuk kita, bahkan Dia rela mengorbankan Anak-Nya yang tunggal demi keselamatan kita. Tapi kita tetap saja lebih memilih untuk mengikuti kesenangan dunia. Maka ketika kita sudah bertobat, dan menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. (Matius 3:8). Tuhan mengharapkan hidup kita untuk menghasilkan buah-buah yang manis, mampu menjadi berkat bagi orang lain, bermanfaat bagi orang lain. Amin. – MHO - 

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement