MINGGU XVIII DUNG TRINITATIS, 29 SEPTEMBER 2024

 

PERTOLONGAN KITA ADALAH DALAM NAMA TUHAN

Mazmur 124: 1-8






 

Satu cerita tolong menolong antar sesama. Satu pagi di hari yang cerah, seperti biasa bapak Alef berangkat ketempat kerja. Sesampainya di jalan raya, sepeda motornya kehabisan bensin. Bapak Alef memang tipe orang yang sering lalai. Ia tidak mengontrol bensin, selain karena jarum pengontrol bensin motornya tak berfungsi. Jarak ke pom bensin cukup lumayan jauh jadi motor yang selalu setia menemaninya untuk bekerja, ia dorong dan tuntun sendiri. Di Tengah situasi itu, dalam benaknya ia berkata sendiri; "Ko orang di jalanan sebanyak ini tidak ada yang turun menolong saya yah?" Ia menghela nafas panjang, memaklumi semuanya, semua orang buru-buru mengejar waktu segera tiba di tempat kerja masing-masing. Karena tuntutan disiplin waktu ke tempat kerja. Setelah cukup lama menuntun sepeda motornya, tak lama kemudian seseorang menyapa; "Pak, bensin habis yah?  Monggo (mari) saya bantu dorong ke pom bensin," katanya dengan riang gembira. Saya pun menyambut baik niatan si penolong tersebut. Usai berbincang sebentar lalu saya menaiki motor dan lantas kaki kiri si penolong tadi itu di tempelkan ke knalpot motor pak Alef. Akhirnya motor tanpa bensin melaju mulus sampai ke pom bensin.

Di sepanjang hidup kita di dunia ini, Tuhan selalu menolong dengan cara tidak terduga. Pernahkah kita merenungkan perbuatan-perbuatan hebat yang telah Tuhan lakukan, lalu kita menyampaikan syukur kepadaNya?

Pemazmur begitu menyadari pertolongan Tuhan atas Israel setelah merenungkan kembali perjalanan dan sejarah hidup bangsanya, keluar dari Mesir melewati laut Teberau terbelah (ay.4). Betapa banyak musuh yang ingin menyerang dan menghancurkan, hendak menelan mereka hidup-hidup dengan amarah yang menyala-nyala (ay.3). Meski mereka menghadapi banyak ancaman. Karena pertolongan Tuhan pencipta alam semesta mereka luput dari bahaya. (ay. 6,8). Pemazmur mengatakan, jika Tuhan pencipta semesta memihak kepada mereka, tidak ada satu ciptaan pun yang bisa menyakiti mereka? Israel luput seperti burung dari jerat penangkapnya, bahkan jerat itu pun telah terputus (ay.7). Dengan kata lain, Karena Tuhan, tidak ada ancaman yang berarti bagi mereka. Pengalaman inilah yang membuat pemazmur memuji dan mengagungkan Tuhan.

Sepanjang sejarah, manusia beriman tak henti-hentinya mengalami ancaman kemelut. Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita. (Maz. 108: 14). Dengan kesaksian pemazmur ini, baiklah iman kita makin bertumbuh dan teguh untuk percaya kepada Tuhan sepenuhnya. Kita harus yakin dan percaya bahwa jika Tuhan telah menciptakan kita, maka Dia jugalah yang akan memelihara hidup kita dan menjaga kita dari segala macam ancaman yang ada. Namun, tentu saja kita harus hidup sesuai dengan yang Tuhan kehendaki, sehingga Dia senantiasa memihak kepada kita. Totalitas keberadaan umat percaya ada dalam tanganNya, tidak dibiarkannya seorang pun atau kuasa mana pun merebut umatNya dari tanganNya.

T

uhan Yesus telah mati di kayu salib untuk menebus kita, kita milikNya. Pertolongan kita adalah dalam namaNya. Mari senantiasa bersyukur atas perbuatan-perbuatan ajaib yang sudah Tuhan lakukan kepada kita. Amin. -NS-


Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement