MINGGU IV DUNG TRINITATIS, 23 JUNI 2024

 

BERSERU KEPADA TUHAN DALAM KESESAKAN

Mazmur 107: 23-32




 

Mazmur ini merupakan nyanyian ucapan syukur, memuji Tuhan karena telah melepaskan umat Tuhan dari berbagai kesusahan. Sebagai Pendahuluan (ay.1-3) yang mengangkat tema ucapan syukur atas pembebasan; Bagian utamanya (ay.4-32); Diakhiri dengan nyanyian penutup (ay.33-43). Bagian utama Mazmur ini terdiri dari empat bagian, masing-masing menggambarkan situasi di mana Tuhan telah menyediakan pembebasan:

 

1.       Tersesat di padang gurun (ay.4-9)

2.       Menjadi tawanan (ay.10-16)

3.       Sakit (ay.17-22)

4.       Sedang dilanda badai di laut (ay.23-32)

 

Masing-masing bagian menggambarkan keadaan kesusahan, seruan orang-orang minta tolong, kemudian kelepasan oleh Tuhan, dilanjutkan dengan teguran kepada mereka yang diselamatkan untuk mensyukuri kasih dan kemahakuasaan Tuhan.

 

Dalam khotbah, sekelompok orang sedang terjebak dalam badai saat melakukan perjalanan bisnis melalui laut. Keadaan tersebut dikatakan disebabkan oleh Tuhan. Oleh kejadian tersebut para penumpang kapal melihat keajaiban karya Allah: “mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib di tempat yang dalam.” (ay.24). Pengalaman sulit mereka tampaknya menyebabkan rasa takut. “jiwa mereka hancur karena celaka” (ay.26b). Dalam keadaan demikian, “Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkanNya mereka dari kecemasan mereka, dibuatNyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang.” (ay.28-29). Umat kemudian diimbau untuk “bersyukur kepada Tuhan atas kasih setiaNya” (ay.31), pemazmur mengingatkan kasih setia Tuhan. Mereka harus bersyukur atas “perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan terhadap umat manusia” (ay.31b). Pengalaman yang dialami pelaut ini adalah pengalaman saat bahaya, namun di dalamnya ada perjumpaan dengan Tuhan yang perkasa, dan yang melakukan keajaiban.

 

Pengalaman pelaut ini sangat paralel dengan pengalaman para murid ketika mereka berperahu, mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu. Yesus meredakan taufan tersebut. (Markus 4: 35-41).

 

M

azmur 107 menubuatkan kejadian tersebut dan digenapi oleh Yesus. Yesus memerankan kembali teks Perjanjian Lama. Penenangan badai oleh Yesus harus dipahami sebagai ekspresi kuasa penyelamatan Allah. Aktivitas penyelamatan Yesus merupakan ekspresi kasih setia Tuhan. Pengalaman murid-murid Yesus mencerminkan pengalaman Israel dalam perjumpaan mereka dengan kuasa Allah yang perkasa. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Bagaimana kita sekarang ini? Apakah kita mengalami kuasa Allah yang menenangkan badai kehidupan kita? Amin. -NS-

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement