BERSERU
KEPADA TUHAN DALAM KESESAKAN
Mazmur
107: 23-32
Mazmur ini merupakan nyanyian
ucapan syukur, memuji Tuhan karena telah melepaskan umat Tuhan dari berbagai
kesusahan. Sebagai Pendahuluan (ay.1-3) yang mengangkat tema ucapan syukur atas
pembebasan; Bagian utamanya (ay.4-32); Diakhiri dengan nyanyian penutup
(ay.33-43). Bagian utama Mazmur ini terdiri dari empat bagian, masing-masing
menggambarkan situasi di mana Tuhan telah menyediakan pembebasan:
1. Tersesat di padang gurun (ay.4-9)
2.
Menjadi tawanan (ay.10-16)
3.
Sakit (ay.17-22)
4. Sedang dilanda badai di laut (ay.23-32)
Masing-masing bagian menggambarkan keadaan kesusahan, seruan orang-orang
minta tolong, kemudian kelepasan oleh Tuhan, dilanjutkan dengan teguran kepada
mereka yang diselamatkan untuk mensyukuri kasih dan kemahakuasaan Tuhan.
Dalam khotbah, sekelompok orang sedang terjebak dalam badai saat
melakukan perjalanan bisnis melalui laut. Keadaan tersebut dikatakan disebabkan
oleh Tuhan. Oleh kejadian tersebut para penumpang kapal melihat keajaiban karya
Allah: “mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatanNya
yang ajaib di tempat yang dalam.” (ay.24). Pengalaman sulit mereka
tampaknya menyebabkan rasa takut. “jiwa mereka hancur karena celaka”
(ay.26b). Dalam keadaan demikian, “Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN
dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkanNya mereka dari kecemasan mereka,
dibuatNyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang.”
(ay.28-29). Umat kemudian diimbau untuk “bersyukur kepada Tuhan atas kasih
setiaNya” (ay.31), pemazmur mengingatkan kasih setia Tuhan. Mereka harus
bersyukur atas “perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan terhadap umat manusia”
(ay.31b). Pengalaman yang dialami pelaut ini adalah pengalaman saat bahaya,
namun di dalamnya ada perjumpaan dengan Tuhan yang perkasa, dan yang melakukan
keajaiban.
Pengalaman pelaut ini sangat paralel dengan pengalaman para murid ketika
mereka berperahu, mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur
masuk ke dalam perahu. Yesus meredakan taufan tersebut. (Markus 4: 35-41).
M |
azmur 107
menubuatkan kejadian tersebut dan digenapi oleh Yesus. Yesus memerankan kembali
teks Perjanjian Lama. Penenangan badai oleh Yesus harus dipahami sebagai
ekspresi kuasa penyelamatan Allah. Aktivitas penyelamatan Yesus merupakan
ekspresi kasih setia Tuhan. Pengalaman murid-murid Yesus mencerminkan
pengalaman Israel dalam perjumpaan mereka dengan kuasa Allah yang perkasa. Hal
ini menimbulkan pertanyaan: Bagaimana kita sekarang ini? Apakah kita mengalami
kuasa Allah yang menenangkan badai kehidupan kita? Amin. -NS-
0 Komentar