Minggu Advent III

 JIWAKU MEMULIAKAN TUHAN
Lukas 1: 46b-55


Merupakan suatu anugerah besar bagi Maria kalau Tuhan berkenan memakai dirinya menjadi saluran berkat, yaitu melahirkan Yesus, seorang Juruselamat. Orang pasti merasa bangga ketika dirinya dipakai Tuhan menjadi alat di mana sepanjang sejarah selalu diingat dunia namun orang lupa kalau saat itu, Maria harus menanggung resiko besar, ia bisa dihukum mati karena dituduh berzinah. Maria tidak takut dengan segala resiko karena baginya yang terpenting adalah relasi antara dirinya dengan Tuhan dan itu menjadi mujizat terbesar.

Perikop ini adalah Nyanyian Maria, juga dikenal sebagai Magnificat berbicara tentang roh dan kuasa Allah. Dalam nyanyiannya, Maria berbicara tentang bagaimana jiwanya mengagungkan Tuhan dan bagaimana Allah memandang hamba perempuan yang hina. Melalui malikat-Nya, Tuhan memberi tahu kita, bahwa generasi mendatang akan menyebutnya diberkati.

Seorang Teolog Jerman Dietrich Bonhoeffer mengakui sifat subversif dari Nyanyian Maria. Dia mengucapkan kata-kata ini dalam khotbahnya pada masa Adven pada tahun 1933: “Nyanyian Maria adalah nyanyian Advent tertua. Lagu ini merupakan lagu yang paling bersemangat, berani, bahkan bisa dikatakan lagu Adven paling revolusioner yang pernah dinyanyikan. Ini bukanlah Maria yang lemah lembut, dan yang suka melamun seperti yang kadang-kadang kita lihat dalam beberapa lukisan.” Maria mengatakan bahwa Tuhan sangat peduli terhadap orang miskin, ini adalah revolusioner. Kita tahu sering masyarakat miskin sering disalahkan atas kemiskinan mereka sendiri. Mereka yang tidak memiliki tempat tinggal dianggap jahat karena menjadi tunawisma, mereka yang kelaparan sering disalahkan sebagai pemalas.

Maria seorang ibu revolusioner di masa lalu dan mengajak kita sekalian di zaman kita, untuk menyanyikan lagu Maria. Magnificat lagu keselamatan, yang memiliki dimensi politik, ekonomi, dan sosial. Maria berbicara kepada orang miskin, orang lapar, dan tunawisma, orang-orang di setiap masyarakat, “sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus, dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.” (ay. 48-50).

Maria mengagumi dan mengagungkan kemurahan Tuhan, khususnya terhadap dirinya sendiri, dengan memperhatikan kemiskinan dan keadaannya yang rendah; bahwa dia, seorang gadis miskin, tidak dikenal oleh dunia, tetapi dipandang dengan penuh hormat oleh Tuhan yang bersemayam di surga tertinggi. Kehormatan abadi yang tak terhingga disiapkan untuknya, sebagai ia ibu dari berkat universal dan abadi, semua generasi akan menyebutku terberkati.

Betapa mulia dan bermanfaatnya kerendahan hati; betapa baiknya menjadi orang lemah lembut dan rendah hati. ini akan semakin jelas di mata Tuhan, meskipun dunia mungkin menginjak-injak kita, Tuhan akan meninggikan kita hingga membuat orang kagum pada diri kita sendiri.

Seperti Maria, marilah kita memuliakan Tuhan dengan jiwa, dan hati kita selalu bergembira karena Allah, Juruselamat kita Yesus Kristus! Amin. Selamat hari Minggu! -NS-

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement